Bomb Sex. Istilah itu pernah dipakai untuk menjuluki bintang film yang berani beradegan panas. Ada banyak nama yang muncul dalam film esek-esek, mulai dari yang sangat murahan hingga yang diramu dengan anggun. Tapi yang tidak (terlalu) murahan, diekspos besar-besaran, paling popular, dan tersangkut dalam ingatan masyarakat banyak hanya sedikit. Hanya satu dua saja yang masih bersinar, diantara puluhan bahkan ratusan nama. Dan ternyata, film esek-esek dan bintang film panas sudah ada sejak dulu, dan tiap zaman mempunyai bintangnya sendiri.
Beberapa yang sempat menggemparkan adalah Bernafas Dalam Lumpur (turino Junaedy) yang menampilkan Suzanna yang berperan sebagai pelacur yang beradegan ranjang, juga Bumi Makin Panas (Ali Shahab) yang juga dibintangi Suzanna., dan Akibat Pergaulan Bebas. Atau masih ingat dengan kejadian tahun 1989 saat film Pembalasan Ratu Laut Pantai Selatan (dibintangi Yurike Prastica) yang ditarik kembali dari peredaran bersama film Akibat Terlalu Genit (Yurike Prastica) dan Ketika Musim Semi Tiba (Meriam Bellina)? Atau ingat dengan judul-judul seperti Bumi Bulat Bundar (Eva Arnaz, Yeni Farida, Wieke Widowati), Kenikmatan Tabu (Inneke Koesherawati, Kiki Fatmala), dan Gairah Malam (Malfin Shayna)?
Belum puas? Coba lagi ingat-ingat judul Nafsu Liar (Deby Carol, Megy Megawati), Akibat Guna-Guna Istri Muda (Ayu Lestari), Bergairah Di Puncak (Windy Chindiyana), Misteri Permainan Terlarang (Kiki Fatmala, Lela Anggraeni), atau Ranjang Pemikat (Sally Marcelina, Windy Chindiyana).
Dulu pernah ada Olive Young. Wanita yang pernah belajar di Christian College Colomboia ini bernama asli Young Pei Fen dan bermain dalam film Resia Boroboedoer yang diputar di Jakarta pada Juli 1929. Inilah film Indonesia yang pertama kalinya menampilkan adegan ciuman dan kostum bikini. Miss Young sendiri saat itu hampir tiap hari terpampang di media Tiongkok. Kritikus film Kwee Tek Hoay menyatakan film itu tidak pantas ditonton karena mutu gambar yang jelek. Walau tidak membantu penjualan, tetapi aksi gadis Cina kelahiran Missouri AS dan pernah tinggal di Kansa ini tercatat dalam sejarah, bahkan dia melanjutkan karir di Hollywood, antar lain di film Trailing Trouble produksi Universal pada 1930, mendampingi Hoot Gibson.
Sedangkan pemain pribumi yang pertama kali beradegan panas adalah Nurnaningsih, yang di tahun 1954 menyatakan:"Saya tidak akan memerosotkan kesenian, melainkan hendak melenyapkan pandangan-pandangan kolot yang masih terdapat dalam kesenian Indonesia", dan karenanya menyebabkan reaksi keras masyarakat. Nurnaningsih berani beradegan telanjang dalam beberapa filmnya, foto seronoknya di muat di berbagai majalah, bahkan foto bugilnya tersebar luas saat itu, yang menyebabkan Kejaksaan Agung dan Polri kelabakan. Padahal, awalnya, aktris ini digodok langsung oleh Usmar Ismail lewat Krisis, dan juga oleh Djadug Djayakusuma lewat Harimau Tjampa (1954).
Di tahun 1955, film Antara Bumi dan Langit yang dibesut Dr. Huyung sempat menampilkan adegan ciuman antara Frieda dengan S. Bono, dan kemudian disensor karena reaksi keras dari masyarakat. Hal serupa terulang lagi di masa selanjutnya, misalnya di film Jakarta Hong Kong Macao (antara Ratno Timur dan Mila Karmila), Last Tango in Jakarta (Rahayu Effendy), serta Tiada Jalan Lain (Debby Cynthya Dewi dan bintang Hong Kong Alan Teng Kuang Yung). Pada tahun 1974, Rahayu Efendi menjadi simbol panas, diantaranya bermain bugil dengan aktor Dicky Soeprapto dalam Tante Girang (1974).
Dari sekian banyak bintang film panas itu, hanya sedikit yang benar-benar masih bersinar dalam bayang-bayang pikiran kita. Berikut beberapa nama yang mewakili zamannya.
1930an-1940an: Roekiah
Roekiah adalah wanita pertama yang menyandang gelar bintang film atau selebritis. Bersama Raden Mochtar, Roekiah menjadi pasangan pertama yang memperkenalkan "system bintang" dimana bintang film menjadi pusat perhatian. Film Terang Boelan yang membuatnya terkenal, meledak di tahun 1938 dan membuat tren baru sejenis hingga 1942, diantaranya Moch Mochtar- Hadidjah yang muncul lewat Alang-Alang yang meniru Tarzan (1939).
Miss Roekiah—meski sudah bersuamikan Kartolo, tapi masa itu orang top dipanggil Miss—adalah orang panggung yang ditarik ke industri film oleh Tan’s Film. Sejak itu, berbondong-bondong pesaing Tan’s Film mencari bintang dari perkumpulan tonil. Diantaranya, The Teng Chun merekrut Miss Nonie dan Ferry Kock dari Dardanella yang baru saja ikut rombongan Miss Dja di Amerika, sedangkan Oriental Film mengambil Fifi Young, Populer Film merebut Dhalia.
Lahir dalam perjalanan tur sandirawa di Cirebon pada 1916 dari ibu seorang Sunda dan ayah Belitung. Roekiah besar dalam pengembangan opera bangsawan hingga tidak mengecap pendidikan. Dalam usia 16 tahun, dia menjadi pemain drama professional dan penyanyi keroncong dalam perkumpulan Palestina, tempatnya bertemu dengan musisi Kartolo yang menjadi suaminya. Tahun 1934, bersama sang suami, Roekiah mengikuti rombongan Faroka yang tur ke Singapura.
Tahun 1939, Albert Balink membuatnya terkenal lewat Terang Boelan. Film ini berlangsung di pulau khayalan bernama Sawoba, dengan disain dan kostum mirip Hawaii lengkap dengan kalungan bunga di kalung dan gitar. Film ini terpengaruh dengan sebuah film dari Dorothy Lamour yang sedang ngetop saat itu. Walau pun, suara Mochtar diisi Ismail Marzuki, di film inilah terkenal duet bersahut-sahutan dalam lagu Terang Boelan dan Boenga Mawar.Film ini meledak, tidak hanya di dalam negeri, bahkan di Singapura bisa menghasilkan $200 ribu dalam tempo dua bulan.
Setelah film Terang Boelan, sebelum ditarik Tan’s Film, ia membentuk rombongan Terang Boelan Troep yang sukses dalam tur ke Singapura.
Lantas, Roekiah pun menjadi primadona di Tan’s Film, yang dicitrakan sebagai idola rakyat jelata.. Dia mendapat honor f 150 per bulan, dan f 50 untuk Kartolo, dua kali lipat dari honornya di Terang Boelan. Tak hanya itu, dia juga mendapat hadiah rumah di Tanah Rendah, Jakarta. Film berikutnya, Fatima, dengan pemain yang sama, juga meledak dan menghasilkan f 200 ribu. Demikian pula dengan Gagak Item (1939) yang meniru Zorro.Tahun 1940, setelah bersama Roekiah membintangi Siti Akbari, Rd Mochtar keluar dari Tan’s Film.Roekiah lantas dipasangkan dengan Rd Djoemala, tetapi film-filmnya tetap box office. Diantaranya Roekihati (1940) dan Koeda Sembrani (1941). Roekiah pun laku menjadi model iklan, diantaranya sandal cap Macan dari Bata dan mesin Singer.
Setelah wafatnya di tahun 1945, Roekiah tetap diingat, dan film-filmnya terus diputar. Tahun 1948, saat promosi film pertama Sofia WD, iklannya berbunyi: "Roekiah? Bukan! Tetapi Sofia dalam pilem Indonesia Baru: Airmata Mengalir di Tjitarum. Sedikit hari lagi akan dipertundjukkan di ini kota.". Di film garapan Rustam Sutan Palindih ini, pasangan Sofia-Rd Endang memagn dimaksudkan menggantikan Roekiah-Rd Mochtar. Bahkan ada pelawak setia S Waldy yang mirip dengan karakter Kartolo.
Roekiah menjadi simbol kecantikan saat itu, dan menjadi idola pertama yang dihasilkan sistem bintang dunia perfilman Indonesia. Tentu saja definisi "adegan panas" atau "bomb sex" belum sevulgar masa-masa setelahnya. Tetapi Roekiah adalah simbol kecantikan pertama dalam sejarah film Indonesia.
1970an: Suzzanna
Wanita bergelar "The Queen of Indonesian Horror" yang lahir 13 Oktober 1942 di Bogor ini menghebohkan jagad perfilman lewat adegan panasnya di Bernafas Dalam Lumpur dan Bumi Makin Panas. Biografinya dicatat oleh Pete Tombs lewat bukunya MONDO MACABRO – Weird and Wonderful Cinema Around the World (1998).
Karirnya berawal saat memenangkan kontes "Tiga Dara" dan diaudisi oleh Usmar Ismail. Kala itu, Suzanna Martha Frederika van Osch asal Magelang berusia 15 tahun itu baru pertama kali ke Jakarta dan belum pernah memegang telepon merasa dirinya gagal tes, karena gugup waktu acting mengangkat telepon. Tetapi, gadis muda berjulukan The Next Indriati Iskak ini ternyata lolos dan memukai penonton lewat Asrama Dara dan meraih banyak penghargaan, diantaranya The Best Child Actress (Festival Film Asia , Tokyo, 1960), dan Golden Harvest Award.
Si bungsu dari lima bersaudara yang berdarah Jerman-Belanda-Jawa-Manado ini juga meraih gelar Aktris Terpopuler se-Asia saat Festival Film Asia Pasifik di Seoul 1972. tapi popularitasnya justru lewat film-film panas dan mistik seperti Bernapas dalam Lumpur (1970), Pulau Cinta (1978), dan Ratu Ilmu Hitam (1981) yang membuatnya menjadi nominator FFI.
Janda dari actor Dicky Suprapto yang menikah kembali dengan Cliff Sangra—"daun muda" teman mainnya di Sangkuriang (1982)--popular lewat Sundel Bolong (1981) dan Nyi Blorong (1982), dan juga film legendaris Beranak Dalam Kubur (1971).
Beberapa film yang berisikan dirinya beradegan panas adalah Petualangan Cinta Nyi Blorong, Ratu Sakti Calon Arang, dan Perkawinan Nyi Blorong.
1980an: Meriam Bellina
Sebagai pendatang baru di dunia film, Meriam Bellina sudah mengundang perhatian public. Film itu, Surga Dunia di Pintu Neraka (Tandes), mengisahkan siswi SMP yang terjerumus ke dunia pelacuran. Tetapi, yang paling menghebohkan, tentu saja, adalah Ketika Musim Semi Tiba, yang sempat ditarik dari peredaran—dan diedarkan kembali setelah disensor. Dan sensualitasnya juga membuat jantung penonton berdebar lewat Roro Mendut (Ami Priyono, 1983) yang menampilkan adegan lidahnya mengulum lintingan rokok buatannya untuk dijual kepada khalayak ramai. Adegan panas juga dilakoni pemain utama di film Pengantin Pantai Biru itu dalam film Permata Biru.
Wanita jebolah Gadis Sampul ini lalu digarap oleh Nyak Abbas Acup lewat Koboi Sutra Ungu dan sebelumnya oleh Ida Farida lewat Perawan-Perawan (1981) Predikat Pemeran Wanita Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 1984 berhasil ia raih berkat perannya di film Cinta di Balik Noda (Bobby Sandy), setelah sebelumnya masuk nominasi lewat Perkawinan ‘83.
Perempuan bernama lengkap Ellisa Meriam Bellina Maria ini yang sempat menelurkan album Simfoni Rindu, Untuk Sebuah Nama, serta Belajar Menyanyi ini juga meraih predikat Aktris terbaik lewat Taksi (1990), serta Piala Vidia lewat sinetron Aku Mau Hidup (1994).
Tetapi, toh, publik banyak juga yang mencapnya sebagai ikon bintang panas pada masanya, selain terkenang sebagai Vera dalam Catatan Si Boy. Saat ditanya mengapa dia berani melakukan adegan panas, Mer menjawab: ''Asal sesuai dengan skenario''.
1990an: Ayu Azhari
Hingga saat ini pun, kaum adam pasti menyatakan bahwa Ayu Azhari, meski sudah punya anak, adalah salah satu wanita terseksi di jagad hiburan Indonesia. Ayu yang pernah kuliah di Academy of Arts, Los Angeles, AS (1993) ini "menggebrak" masyarakat pada 1996 lewat film The Outraged Fugitive. Di film yang di Indonesia berjudul Pemburu Teroris itu memperlihatkan adegan syur antara dirinya dengan aktor Frank Zagarino dari Amerika. Adegan di kamar mandi itu begitu melegenda dan kalau Anda telaten, bisa ditemui di beberapa situs di internet. Di Akibat Buah Terlarang, Sorgaku Nerakaku, dan Lembah Biru, Ayu berani beradegan hot. Bahkan di film Telegram, film arahan Slamet Rahardjo yang membuatnya menjadi Aktris Terbaik di Festival Film Asia Pasifik ke-46 tahun 2001, pun Ayu tampak sensual.
Bernama asli Siti Khadijah, kelahiran 19 November 1969 ini pernah memiliki suami bernama alm. Djodi Gondokusumo, Mohammad "Teemu" Yusuf asal Finlandia, dan kini gosipnya sedang dekat dengan Mike Tramp, vokalis White Lion.
Wanita yang mengawali karirnya sebagai fotomodel ini bermain film pertama kali tahun 1985 dengan asuhan Teguh Karya. Pernah main teater bersama Teater Populer lewat Pernikahan Darah (1986). Beberapa film yang pernah dibintanginya, diantaranya Perkawinan Siti Zubaedah (1997), Oeroeg, dan Java Burn.
Berbagai penghargaan pun ia raih, antara lain aktris terbaik pada Festival Sinetron Indonesia (FSI) 1996 dan FSI 1997; nominatori Aktris Favorit Pemirsa (Panasonic Award) setiap tahun sejak 1997. Tetapi, cap "wanita terpanas"lah yang membantu namanya melambung tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar