[NC11-Win] Sejumlah pemeluk Kristiani yang fanatik mengalami penderitaan sebagaimana dialami Kristus. Pada tubuh mereka tumbuh luka. Mereka berdarah. Mengapa demekian? Apakah ini fenomena tentang stigmata? Apakah mereka tidak kesakitan? Masih banyak pertanyaan senada yang tersisa untuk dijawab.
Gemma Galgani adalah seorang anak yatim. Usianya 23 tahun dan berhasrat menjadi biarawati. Namun kehendak alam tidak mengijinkan dirinya menggenakan jubah putih itu. Dia menderita penyakitTBC tulang belakang. Dia menerima nasibnya dengan pasrah dan akhirnya bekerja sebagai pembantu rumaha tangga. Tapi Gemma tidak lupa pada cita-citanya. Dia tetap rajin berdoa dan sangat taat kepada Tuhannya. Suatu hari ketika sedang berdoa menjelang hari peringatan penyaliban Yesus Kristus, Gemma mengalami sebuah penglihatan yang mengubah jalan hidupnya. Keesokan harinya, saat membuka pintu kamar Gemma, ibunya menjerit ketakutan. Tangan dan pungung Gemma dipenuhi tanda seperti bilur-bilur luka dan pakainnya basah oleh darah. Inilah gejala awal dimulainya Stigmata. Stigmata selalu terjadi pada hari Kamis dan menghilang dengan sendirinya keesokan harinya. Luka stigmata biasanya menutup pada hari Jumat dengan meninggalkan bekas berwarna keputih putihan.
Peristiwa ini terjadi pada 1901. Kasus Stigmata yang terawal diberitakan terjadi berabad-abad yang lalu yaitu pada tahun 1224. Santo Fransiskus dari Assisi mengalami Stigmata saat menjalani retret spritual (khalwat) di gunung Alvernia Itali. Namun sejak 1909 sudah banyak kasus Stigmata yang dilaporkan.
Seorang pemimpin agama berdarah Spanyol yang menunjuk dirinya Paus berkali-kali mengalami Stigmata dengan luka dibagian kepala seperti akibat memakai mahkota duri dan luka di lambung selama tahun 1970 an.
Pastor Pio Fortgione memperoleh Stigmata pada tahun 1915 di usianya yang ke28. Semenjak itu dia terus terus mengalami Stigmata sampai akhir hayatnya pada 1968.
Pastor Pio salah satu penerima Stigmata yang paling dihormati. Pada kedua telapak tangannya terdapat luka berbentuk lubang sehingga dia selalu mengalami kesakitan. Tapi Pastor Pio tidak pernah mengeluh sedikit pun karena daya tahan nya yang luar biasa.
Teresa Neumann, seorang Bavaria yang miskin menderita sakit yang tidak bisa disembuhkan. Dia mengalami Stigmata di tahun 1926. Luka-luka muncul di daerah tangan, lambung, dan dahinya. Bobot badannya turun drastis. Sejumlah dokter yang memeriksanya heran melihat kenyataan itu. Dunia kedokteran lebih dikejutkan lagi dengan fakta aneh pada diri Theresia. Meskipun wanita itu tidak mengeluarkan sekresi (keringat, air seni, feces dsb.) dan sistim pencernaan nya rusak, dia bisa berumur panjang.
Cloretta Robinson seorang bocah seumur 10 tahun, mengalami Stigmata pada tahun 1972. Dia mampu hidup selama 19 hari setelah kejadian itu. Kasus ini menimbulkan banyak pertanyaan, sebab dia warga kulit hitam non Katholik yang mengalami Stigmata. Ada kasus lain yang tentang seseorang yang menangis darah yang dianggap sebagai tanda stigmata sesungguhnya.
Kasus-kasus Stigmata seperti ini terus terjadi bahkan hingga masa kini. Pertanyaan yang terbit berkaitan dengan ini, siapa orang-orang yang mengalami Stigmata itu sendiri?
Istilah Stigmata berarti luka yang diderita Yesus sejak dia ditanggkap, diadili, dan disalibkan.Orang-orang yang mengalami Stigmata juga mengalami luka diberbagai bagian tubuh seperti Yesus. Darah sehat, bukan karena suatu penyakit. Luka-luka itu sering tetap menganga dalam waktu lama, tapi tidak mengalami infeksi. Dunia kedokteran semakin dipenuhi tanda tanya sebab luka-luka itu muncul dan menghilang dengan sendiri nya. Munculnya luka Stigmata diduga tergantung pada kondisi sadar hingga kondisi trance manakala si penerima stigmata mengalami penyatuan diri dengan penderitaan kristus. Stigmata biasanya terjadi pada masa paskah, pada hari hari besar gereja pada hari Jumat, terutama Jumat Paskah yang dikenal sebagai Jumat Agung.
Kasus Stigmata terutama terjadi di kalangan Gereja Katholik Roma. Gereja juga tidak mempunyai jawaban mendasar mengenai penyebabnya. Banyak percobaan dilakukan untuk menghadirkan Stigmata lewat hipnosis. Namun hasilnya justru malapetaka. Luka itu membuat kulit merah dan sekali terjadi pendarahaan. Selain itu, reaksinya bertolak belakang dengan stigmata yang sebenernya, dimana lukanya sembuh dengan sendirinya.
Begitulah,semua penjelasan itu masih belum mampu menguak misteri Stigmata hingga saat kini. Satu-satunya penjelasan yang mungkin bisa diterima, peristiwa Stigmata pastilah memiliki hubungan dengan pikiran bawah sadar penerima Stigmata dengan penyaliban Yesus Kristus. Apa penyebab sebenarnya tentu masih misteri. Muncul dan sembuhnya luka tetap merupakan keajaiban. Sejauh ini belum ada teori dalam ilmu kedokteran yang sanggup menjelaskan fenomena stigmata.
Teresa Neumann |
Pastor Pio Fortgione |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar